Saturday, July 18, 2020

Paket Wisata Lengkap di Ujung Kulon

Beberapa bulan yang lalu saya melakukan perjalanan wisata ke suatu wilayah yang terletak di paling barat Pulau Jawa, Indonesia, yaitu Ujung Kulon. Yang terlintas di benak saya ketika mendengar kata Ujung Kulon adalah Taman Nasional Ujung Kulon dan badak. Yaaa, wilayah Ujung Kulon ini memang terkenal dengan Taman Nasional-nya yang merupakan suaka margasatwa bagi badak jawa.

Secara administrative, Ujung Kulon terletak di Kecamatan Sumur & Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Banten dengan luas wilayah yang meliputi Tanjung Ujung Kulon hingga Samudera Hindia

Perjalanan saya ini sendiri dimulai dari Halte Komdak, Semanggi. Di tempat inilah saya bertemu dengan para peserta trip lainnya yang juga ingin berwisata ke Ujung Kulon.

suatu malam di Halte Komdak, Semanggi

Setelah memakan waktu sekitar 8 jam perjalanan akhirnya kami tiba di Pelabuhan Sumur, Pandeglang Banten.

Di Pelabuhan Sumur ini kami langsung berganti pakaian untuk menunjang aktivitas snorkling di sepanjang perjalanan dari Pelabuhan Sumur hingga Pulau Peucang. "Paket wisata lengkap", 3 kata yang cukup mewakili trip Ujung Kulon ini. Kami tidak hanya disajikan pemandangan wisata bahari yang sangat memukau, tetapi juga wisata margasatwa di tengah hutan hujan tropis, dan berkanu ria di tepi sungai. Waaaw!

pemandangan dari Pelabuhan Sumur

Setelah menyebrang melalui Pelabuhan Sumur, kami menuju Pulau Hoar dan Pulau Badul. Di kedua pulau inilah waktunya bagi kami untuk menikmati eksotisme ekosistem bawah laut yang ada di pulau ini.

debur ombak di sekitar Pulau Hoar

Pulau Badul merupakan pulau yang sangat menakjubkan buat saya. Pemandangan bawah laut yang indah dilengkapi dengan pasir putih yang begitu menggoda dan jejeran awan yang berbaris rapih membuat saya terus menerus berdecak kagum akan keindahan alam ini. Seakan-akan saya melihat sebuah lukisan kanvas yang begitu indah dan besar dengan segi 3 dimensi. Mengagumkan sekali :)

lukisan Tuhan itu bernama Pulau Badul

Setelah puas bermain-main di Pulau Badul, kami pun menuju Pulau Handeleum (Quiet Island). Pulau ini disebut dengan pulau sunyi karena pulau ini benar-benar sunyi. Bagaimana tidak, di pulau ini hanya terdapat 1 penginapan dengan kapasitas hingga 12 orang dan 1 bangunan yang merupakan tempat persinggahan bagi para pegawai Bina Pengelola Taman Nasional Ujung Kulon. Wiiiw, sepi yaaa

dermaga Pulau Handeuleum


selamat datang di Pulau Handeleum




Di dekat Pulau Handeuleum terdapat Sungai Cigenter, dimana pada Sungai ini kami semua berkanu dengan kapal kecil sambil menikmati pesona alam hutan hujan tropis yang terdapat pada sisi kanan-kiri sepanjang Sungai Cigenter. Di dalam hutan ini terdapat satwa badak dan beberapa hewan lainnya yang dilestarikan. Sayangnya kami tidak sempat melihat badak di hutan ini, kami hanya melihat jejak kaki badak yang ada di tepi sungai.

Berkanu di tepi sungai merupakan salah satu kegiatan yang cukup memacu adrenalin buat saya. Terutama pada saat kami menemui pohon besar yang tumbang melintang menghalangi jalan kami, sehingga kami harus sangaaattt berhati-hati melewati celah ranting di pohon yang tumbang tersebut. Selain itu, di tengah perjalanan, kapal kami pun menyangkut dengan batang pohon yang tenggelam di dalam Sungai Cigenter. Wiiih, berbagai macam doa kami panjatkan ketika kapal kami hampir terbalik saat sang pemandu berusaha untuk melepaskan kapal kami dari jeratan batang pohon tersebut. Hhhmm, rasanya benar-benar menegangkan saat itu.



Setelah berkanu di Sungai Cigenter, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pulau Peucang. Di pulau inilah kami semua bermalam. Keindahan Pulau Peucang ini tidak kalah dengan Pulau lainnya. Hamparan pasir putih dan laut hijau muda kebiru-biruan yang begitu jernih benar-benar menggoda saya untuk berenang bermain-main di sekitar pantai ini. Indaaaah sekali :)

sunset ketika perjalanan menuju Pulau Peucang


dermaga Pulau Peucang
pantai Pulau Peucang

Di Pulau Peucang ini, kami menemui beberapa satwa yang dengan bebas berlalu-lalang, seperti monyet, babi hutan, dan rusa. Oleh karena itu, pengunjung harap lebih berhati-hati dan bersikap sewajarnya saja terhadap satwa ini.

monyet yang berkeliaran di Pulau Peucang

babi hutan yang berkeliaran di Pulau Peucang

Keesokan harinya, kami pun bergegas ke pinggir pantai Pulau Peucang untuk menikmati indahnya matahari terbit dari balik perbukitan yang ada di sebrang Pulau Peucang ini.




   
                    
Setelah puas mengabadikan momen tersebut, kami menyebrang sedikit ke pulau yang berada tepat di sebrang Pulau Peucang yang bernama Padang Savana, Cidaon. Di tempat ini merupakan tempat satwa banteng dan burung merak berkumpul. Hati-hati ya diseruduk, hehe.


Dari Padang Savana, Cidaon, kami kembali ke Pulau Peucang untuk berwisata/ tracking di dalam hutan hujan tropis yang berada tepat di belakang penginapan kami menuju karang copong (karang mati besar yang berlubang) yang berada di sebelah utara pulau ini. Cukup 1 jam saja waktu yang dibutuhkan untuk melintasi Pulau Peucang ini dari sebelah selatan (bagian pantai) hingga sebelah utara pulau (karang copong).

hutan hujan tropis di Pulau Peucang

karang copong

Selanjutnya, wisata penutup pada trip Ujung Kulon ini adalah wisata bahari dengan snorkling di Citerjun yang letaknya tidak jauh dari Pulau Peucang.
Selesai snorkeling, kami kembali ke Pulau Peucang untuk bersih-bersih sebelum akhirnya pulang kembali ke Jakarta melalui Pelabuhan Sumur.


Keberagaman Objek Wisata Taman Nasional Bromo Tenger, Semeru

Pada tulisan kali ini, saya ingin menceritakan mengenai perjalanan saya ke suatu tempat yang sedikit berbeda dari beberapa tulisan saya sebelumnya. Yak, kali ini saya ingin menceritakan perjalanan saya ke suatu objek wisata pegunungan yang terletak di daerah Jawa Timur, yaitu Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Dengan menggunakkan kereta api, saya bersama beberapa teman dan peserta trip lainnya pun bertolak dari Stasiun Kota Jakarta menuju Stasiun Surabaya.


Ada beberapa objek wisata yang saya kunjungi, diantaranya adalah Air Terjun Madakaripura, Pasir Berbisik, Batu Singa, Padang Savana (Bukit Teletubbies), Kawah Gunung Bromo, dan Puncak Penanjakkan Gunung Bromo. Adapun objek wisata yang pertama saya kunjungi adalah Air Terjun Madakaripura.


Air Terjun Madakaripura adalah salah satu air terjun di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang terletak di Desa Sapeh, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Propinsi Jawa Timur. Tiba di Air Terjun Madakaripura, blogger akan disambut oleh Patung Patih Gajah Mada yang berada tepat di pintu perjalanan menuju air terjun. Saya sendiri sempat bertanya-tanya mengapa ada patung itu di tempat ini. Info dari guide yang ada di sana, konon katanya, di sekitar air terjun tersebut terdapat gua yang diyakini sebagai tempat meditasi Patih Gajah Mada. Di tempat ini pula Patih Gajah Mada menghilang. Dari cerita itu, air terjun ini pun dinamakan Madakaripura yang berarti tempat terakhir.

Patung Patih Gajah Mada

Air Terjun Madakaripura merupakan air terjun tertinggi yang ada di Pulau Jawa, dimana terdapat 5 air terjun yang dikelilingi oleh perbukitan dan tebing-tebing tinggi yang terus meneteskan air. Benar-benar terasa sejuk dan menyegarkan setelah sebelumnya saya menempuh perjalanan selama berjam-jam di kereta api. Ohya, mengingat track pada Air Terjun Madakaripura ini yang cukup licin dan terjal, serta cukup derasnya beberapa air terjun, pengunjung disarankan untuk menggunakkan sandal gunung/jepit, jas hujan, dan membawa dry bag. Apabila blogger lupa membawanya, tidak perlu khawatir karena di depan pintu masuk Air Terjun Madakaripura ada beberapa pedagang yang menjual jas hujan dan sandal jepit.

Jenis track yang harus ditempuh menuju air terjun

Setelah puas bermain-main di sekitar air terjun, kami pun bergegas menuju Desa Cemorolawang tempat kami menginap untuk beristirahat sejenak.


Menjelang sore hari, kami pun melanjutkan wisata bromo kami ini menuju Pasir Berbisik, Padang Savana (Bukit Teletubbies), dan Kawah Gunung Bromo. Dengan menggunakkan mobil jeep, kami pun merasakan sensasi dinginnya kota Probolinggo di siang hari.

Mobil jeep yang kami gunakkan untuk menjelajahi Bromo

Pasir Berbisik Bromo merupakan sebuah lautan pasir yang indah yang berada di sekitar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Blogger pecinta film Indonesia mungkin sudah tidak asing lagi dengan tempat ini. Yak, di sinilah lokasi pengambilan gambar film Pasir Berbisik yang dimainkan oleh Dian Sastrowardhoyo dan Christine Hakim.  Film Pasir Berbisik ini yang menjadi asal muasal dinamakannya lautan pasir yang dikelilingi oleh gunung ini menjadi Pasir Berbisik. Selain itu, apabila angin kencang bertiup, deru angin seakan membawa butiran-butiran pasir yang ada di sini menghasilkan bisikan-bisikan yang menyuarakan keindahan alam bromo. Sunyi dan tenaaaang sekali.

Gunung Batok dilihat dari sisi Pasir Berbisik

Tidak jauh dari Pasir Berbisik, terdapat batu besar yang menyerupai singa yang sedang duduk bersantai di tengah lautan pasir, batu tersebut dinamakan Batu Singa. Usut punya usut, batu singa tersebut merupakan singa yang berubah menjadi batu setelah dikalahkan oleh Joko Seger (Adipati Wengker pada Suku Tengger Bromo di masa lampau) yang ingin bertapa di lautan pasir bromo ini.

Batu Singa

Dari pasir berbisik dan batu singa, kami pun menuju objek wisata lain yang sangat berbeda dari kedua tempat tersebut, yaitu Padang Savana (Bukit Teletubbies). Menarik sekali, setelah sebelumnya kami disuguhkan dengan pemandangan lautan pasir yang terhampar luas, di Padang Savana ini kami disuguhkan pemandangan padang rumput hijau yang menyelimuti bukit-bukit dan punggungan gunung kecil menyerupai Bukit Teletubbies yang ada di serial tv anak, Teletubbies. Benar-benar unik dan menakjubkan.

Padang Savana (Bukit Teletubbies)


Setelah puas menikmati sensasi hijaunya perbukitan di tengah lautan pasir, kami pun beranjak menuju Kawah Gunung Bromo. Untuk mencapai Kawah Gunung Bromo ini, blogger harus menempuh perjalanan yang (menurut saya) cukup jauh di tengah lautan pasir dan juga menaiki anak tangga yang cukup banyak, tinggi, dan terjal. Apabila blogger mengunjungi tempat ini, saya sarankan untuk mengenakkan jaket dan atau syal hangat, sarung tangan, dan masker. Hal ini dikarenakan meskipun siang hari, suhu di sana cukup dingin dan cukup berdebu.


Pada trip kali ini saya memutuskan untuk menunggangi kuda mulai dari tempat mobil jeep kami diparkir hingga ke anak tangga Kawah Gunung Bromo. Selanjutnya, barulah saya berjalan kaki menaiki anak tangga yang cukup bikin nafas ngos-ngosan. Fuuuuhhh. Capek? Iya. Kaki pegal? Udah pasti. Nafas engap? Banget!!  Eeet, tapi semua itu langsung sirna begitu saya tiba di puncak Kawah Gunung Bromo. Asap putih tebal keluar menyelimuti kawah ditambah dengan pemandangan Gunung Batok dan lautan pasir Bromo dari atas. Benar-benar penutup trip yang manis di senja kala itu. 

Anak tangga menuju Kawah Gunung Bromo




View dari puncak anak tangga Kawah Gunung Bromo

Sebelum matahari benar2 menenggelamkan dirinya dalam langit luas, kami pun bergegas kembali ke penginapan untuk beristirahat dan bersiap untuk trip selanjutnya pada esok dini hari.


Keesokan harinya, sekitar pukul 02.00 dini hari kami bergegas untuk menikmati sensasi keindahan alam lain yang ditawarkan oleh Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, yaitu menikmati sunrise di puncak penanjakkan Gunung Bromo.

Mungkin blogger bertanya-tanya, mengapa waktu keberangkatan kami dini hari sekali menuju puncak penanjakkan yang letaknya tidak terlalu jauh dari Desa Cemorolawang ini? Yak, itu semata-mata karena semakin siang, lokasi tersebut semakin ramai dan kami akan semakin sulit mendapatkan lahan parkir yang tidak terlalu jauh dari lokasi. Sesampainya di sana, kami mampir sejenak di sebuah warung untuk sekedar minum teh manis hangat atau makan mie instan sambil menghangatkan tubuh dari suhu bromo yang sangaaaaatt dingin. Bbbrrrrr.

Setelah merasa cukup hangat, kami pun menuju puncak penanjakkan Gunung Bromo dan wow ternyata di sana sudah ramai sekali pengunjung yang berkumpul yang ingin menikmati sunrise. Sambil menunggu sunrise, pengunjung disuguhkan pemandangan langit malam bertabur bintang yang saaaaaangat cantik dan sukses membuat saya tak hentinya mengucap syukur dan decak kagum. Jutaan bintang di langit kala malam itu seakan-akan membentuk suatu gugusan indah yang menunjukkan keagungan dari Sang Maha Kuasa. Subhanallah :)

Setelah terpana dengan keindahan bintang, waktu yang ditunggu2 pun tiba, yaitu sunrise. Perlahan namun pasti, matahari mulai menunjukkan keindahannya dari balik pegunungan. Dari puncak penanjakkan Gunung Bromo ini, kami menyaksikan indahnya matahari terbit yang memberikan warna-warni yang begitu mempesona di atas hamparan lautan pasir dan kabut tebal, yang menyelimuti 3 Gunung di sekelilingnya, yaitu Gunung Batok, Gunung Bromo, dan Gunung Semeru.

Finally, the sun is rising

Pada pagi itu kami semua semakin dibuat terpana dengan pemandangan Gunung Semeru yang sedang mengeluarkan asap dari gunungnya. Benar-benar spektakuler :)))

Mt. Semeru with a cloud of ash spouting high into the sky

Menikmati indahnya sunrise di Puncak Penanjakkan Bromo ini merupakan penutup yang amat manis dari rangkaian trip bromo kali ini. Satu kata yang dapat saya gambarkan dalam trip kali ini, yaitu Fantastis!!